Sabtu, 22 Mei 2010

Arbi Sanit: Mundurnya Sri Mulyani Rekayasa dan Kompromi Politik

Mundurnya Srimulyani dari kursi Menteri Keuangan menurut pengamat politik Arbi Sanit tak lebih dari usaha rekayasa dari pemerintah untuk menghindari proses hukum kasus bank Century. “Ini adalah satu bentuk kompromi politik antara pemerintah dan anggota koalisinya. Langkah ini utamanya adalah demi mengakomodir Partai Golkar dan PKS yang memang tidak menyukai Sri Mulyani,” katanya.

Masih menurut Arbi Sanit, bahwa solusi dengan mengorbankan Sri Mulyani untuk turun dari jabatannya adalah karena jalan buntu politik yang ditemui setelah pengusutan Pansus Century yang tidak akan berhenti sampai Sri Mulyani dapat dilengserkan dikarenakan ketidaksukaan Golkar dan PKS terhadap Sri Mulyani. Ini terbukti ketika ada gerakan boikot atas Sri Mulyani. Hanya PDIP dan Hanura yang tetap konsisten terhadapa gerakan itu. sementara Golkar dan PKS tidak ikut mendukung meskipun dalam Pansus kemarin termasuk salah satu fraksi yang lantang menyuarakan pengusutan Century. “Ini sudah merupakan sinyal bagi saya bahwa ada kompromi yang telah disepakati dengan mengorbankan Sri Mulyani,” kata Arbi.

Dengan mengorbankan Sri Mulyani, maka elite-elite politik akan selamat tanpa harus mempertimbangkan keinginan rakyat agar kasus Century itu dapat diselesaikan. “Memang sejak kapan rakyat menjadi pertimbangan? Langkah ini hanya untuk menyelamatkan semua elite politik. Pemerintahan saat ini telah mengakomodir keinginan partai-partai politik yang ada. Dengan mundurnya Sri Mulyani maka kasus Century pun selesai,” ujarnya.

Selain elite politik, Arbi Sanit menganggap pemerintah Amerika Serikat telah ikut berperan andil dalam kepindahan Sri Mulyani menjadi Managing Director World Bank karena Amerika Serikat tentunya memiliki kepentingan atas stabilitas di Indonesia dan AS jelas memainkan peranannya di Bank Dunia sebagai salah satu pemegang saham terbesar di sana, dengan meletakkan Sri Mulyani di sana,” katanya. (HQ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar