Jumat, 06 Mei 2011

Ke - KAMUS PR - an

Bangsa Indonesia sampai pada hari ini adalah sebuah bangsa yang besar yang di dalamnya sarat kemiskinan, kemelaratan dan mengalami penindasan adalah sebuah fakta. Petani selalu menderita akibat harga pupuk yang tinggi, merana akibat serbuan barang import. Nelayan menangisi lautnya yang telah kosong akibat eksploitasi alam para pemodal-pemodal, buruh terjepit oleh gaji yang hanya cukup untuk sesuap nasi. Anak-anak terpaksa harus terpaksa bekerja, gadis-gadis desa terjerembab dalam lumpur prostitusi dan sekian puluhan juta rakyat Indonesia lainnya menganggur.

Tulisan di atas hanya sekelumit bukti bahwa Indonesia sampai pada hari ini tidak bisa lepas dari kubangan eksploitasi kapitalisme, terjerat oleh kemiskinan dan kemelaratan. Fakta, dalam berbagai wujudnya hadir setelah melalui berbagai proses. Kemiskinan, kemelaratan dan segala bentuk penindasan terhadap rakyat Indonesia hari ini tidak tiba-tiba ada. Ingat, rakyat Indonesia pernah hidup dalam sebuah periode yang panjang dimana ia ia tidak mengenal bentuk-bentuk penghisapan.

Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata belum memiliki relevansinya, kemerdekaan, ternyata tidak kunjung juga dinikmati oleh rakyat Indonesia. Perjuangan demi sebua tatanan sosial yang lebih adil belumlah tuntas…………
Kondisi ini bisa dihilangkan, rakyat Indonesia tidak harus melarat dan miskin.

Tapi fakta tetaplah sebuah fakta. Kemiskinan tetap saja kemiskinan, kemelaratan tetap saja kemelaratan, dan dominasi kapitalisme tetap saja merupakan dominasi. Walau kita bisa mengatakan rakyat Indonesia bahagia, namun faktanya tetap. Kemerdekaan Indonesia belum termanifestasi, rakyat Indonesia tetap saja miskin dan melarat akibat tatanan social yang tidak beripihak kepada mereka

Wahai mahasiswa mari bergerak, pijakan kaki pada realitas social Indonesia dan terjun dalam aktivitas-aktivitas yang revolusioner. Berbekal dengan panduan teori-teori revolusioner kita akan terjun di tengah-tengah aksi pembebasan rakyat.

Rakyat butuh kerja-kerja kongkret, bukti-bukti dari aktivitas revolusioner kita. Mengabdikan dedikasi dan komitmen intelektual kita terhadap upaya-upaya mewujudkan sebuah tatanan sosial yang lebih adil, sejahtera secara ekonomi dan demokratis secara politik.

Komitmen terhadap nilai-nilai intelektual inilah yang akan menyatakan keberpihakan mahasiswa terhadap rakyat, bukan kepada kelompok sosial lain yang melakukan dominasinya.

KAMUS PR adalah sebuah organisasi dengan format yang revolusioner progresif. Sebuah organisasi yang senantiasa melancarkan aksi-aksinya, memekikkan perlawanan dengan lantang, menghentakan pukulan-pukulan dengan bersandar pada sebuah panduan teoritik yang ilmiah demi sebuah tujuan bersama itulah sebuah organisasi yang hendak melakukan aktifitas politik mahasiswa secara ilmiah yang jelas akan keberpihakannya terhadap rakyat.


Metamorphosis KAMUS PR (Kesatuan Aksi Mahasiswa Untag ’45 Surabaya Pro Rakyat)

KAMUS PR lahir dari kristalisasi dinamika gerakan mahasiswa UNTAG ’45 Surabaya. Berangkat dari embrio di era ‘1990 yang termanifestasi dalam gerak AMUK (Aliansi Mahasiswa UNTAG untuk Keadilan), kemudian di era 1994 berganti nama menjadi MUAK (Mahasiswa UNTAG Anti Kekerasan), selanjutnya di era 1998 terbentuklah KAMUS PR (Kesatuan Aksi Mahasiswa Untag ’45 Surabaya Pro Reformasi). Namun reformasi yang diharapkan bisa merubah tatanan sosial yang lebih baik untuk rakyat ternyata masih jauh diharapkan dan hanya jala ditempat, sehingga KAMUS Pro Reformasi melebur menjadi kekuatan dengan keberpihakan yang lebih jelas yaitu Rakyat.
Karena keberpihakan terhadap rakyat adalah suatu kewajiban bagi kaum-kaum intelektual sehingga berubah menjadi KAMUS Pro Rakyat.

AMUK (Aliansi Mahasiswa Untag untk Keadilan) merupakan embrio awal dari gerakan pro demokrasi (Prodem) di untag. Terbentuk ditahun 1990an, berangkat dari asumsi bahwa mahasiswa dapat menjadi jembatan antara kebijakan Negara dan kepentingan rakyat. AMUK melakukan diskusi-diskusi kritik terhadap teori-teori pembangunanisme dan modernisasi yang dilancarkan oleh orde baru di bawah jenderal Soeharto. AMUK juga melakukan pendampingan-pendampingan (advokasi) terhadap masyarakat yang di daerahnya dilanda konflik structural.

Gerakan mahasiswa secara nasional pada masa itu, khusunya di Untag masih pada tahapan hanya mengembangkan budaya kritik terhadap rejim karena pada masa itu tidak dimungkinkan untu melakukan tindakan-tindakan frontal melawan rejim. Orientasi lebih pada mengembangkan dan memperkuat organisasi-organisasi gerakan yang ada di kampus yang nantinya diharapkan bisa menjembatani antara kepentingan rakyat vs kepentingan Negara lewat berbagai pendampingan pendampingan (advokasi).

Identifikasi mana lawan-kawan era ini belum jelas, dengan menjadikan jenderal Soeharto sebagai musuh bersama, maka secara umum yang menjadi “Kawan” gerakan mahasiswa adalah semua kelompok yang anti Soeharto.

Pada era 1994an, muncul dala situasi sosial dimana Negara sedang dalam masa puncak represif, issue militerisme menjadi issue utama dikalangan pergerakan nasional, terutama akibat berbagai gejolak dan pelanggaran HAM oleh ABRI diberbagai daerah di Indonesia, misal; DOM Aceh, DOM Irian Jaya, tragedy Tanjung Priok, dll. MUAK (Mahasiswa Untag Anti Kekerasan) hadir dalam era ini, dimana gelanggang yang dipilih mahasiswa, yakni pada daerah-daerah kasus, posisi militer selalu berhadapan dengan kawan-kawan yang melakukan pendampingan.

MUAK (Mahasiswa Untag Anti Kekerasan) sebaai bagian dari keseluruhan pergerakan nasional mengangkat issue militerisme sebagai sentral issue, termasuk usaha-usahanya adalah dengan berusaha mewujudkan demokratisasi di kampus lewat menggasak bentuk-bentuk militerisme yang ada di kampus seperti Menwa (Resimen Mahasiswa)

Akhirnya pada awal tahun 1998 sebuah organisasi gerakan dengan nama baru yang berangkat dari basis organisasi geraka lingkungan kampus UNTAG ’45 Surabaya membentuk KAMUS PR (Kesatuan Aksi Mahasiswa Untag ’45 Surabaya Pro Reformasi). Setelah melakukan evaluasi kondisi objektif bangsa, akhirnya mengambil pilihan momentum reformasi 98, sesuai dengan kesepakatan pergerakan Nasional.

Pada masa itu tidaklah salah jika mereka melegalkan diri, yakni mengambil pilihan untuk mendorong organisasi secara terbuka melakukan pressure-presure secara konfrontatif melawan rejim otoriter Soeharto, dengan harapan tumbangnya rejim Soeharto dapat membuka peluang bagi upaya demokratisasi disegala bidang kehidupan bangsa.

Kondisi obyektif pada masa itu, yakni ketika seluruh elemen rakyat bersepakat untuk menurunkan rejim Soeharto, KAMUS PR memberikan kontribusi besar bagi tersediannya aksi massa yang kuantitatif sangat besar, berbagai upaya yang dilakukan mulai dari melaukan rapat akbar, aksi turun kejalan, mimbar bebas, pentas musik perlawanan, dan mengirimkan beberapa delegasi kader KAMUS PR ke berbagai kota. Secar perlahan-lahan gerak dinamika perlawanan rakyat-mahasiswa atas rejim Soeharto mulai membuahkan hasil dengan turunnya Soeharto pada 21 Mei sebagai symbol kekuasaan yang otoriter, maka babak baru dalam upaya demokratisasi dimulai. Euphoria politik setelah turunnya Soeharto mendorong menjamurnya berbagai organisasi, reformasi menjadi jargon yang umum, semua orang meneriakan reformasi, bahkan mesin politik orde baru yaitu golkar berteriak reformasi pula.

Penghianatan elit politik dan elit gerakan mahasiswa inilah yang akhirnya menjadi evaluasi mendasar selain semakin matangnya pemahaman bagi KAMUS Pro Reformasi menjadi KAMUS Pro Rakyat. Secara silih berganti kepemimpinan KAMUS Pro Rakyat dipercayakan mulai dari kawan Abdi Edison, Fatkhurrozy, Sandi, Jen Jenk, Mahfud Husairi, Syamsul Muarif dan sekarang Amir Baihaqi lalu dilanjutkan oleh Aris.

Perubahan dari KAMUS Pro Reformasi menjadi KAMUS Pro Rakyat pada tahun 2001 tidak hanya bergulir pada nama, perubahan nama ini berlanjut pada perubahan orientasi gerakan, karakter dan pola gerak KAMUS PR yang lebih menyatakan secara eksplisit keberpihakannya terhadap rakyat tertindas. Tidak lagi bergerak secara reaksioner dengan mengangkat issue-issue elitis , KAMUS Pro Rakyat bergerak dengan landasan ilmiah dan kerakyatann, perubahan ini mensyaratkan tersediannya kader-kaderintelektual yang memiliki keberpihakan terhadap rakyat dan komitmen terhadap teselenggaranya suatu perubahan sosial kehidupan sejahtera secara ekonomi dan demokratis secara sosial politik.

Struktural KAMUS PR

Dalam sebuah organisasi pastilah didukung dengan elemen-elemen yang akan menunjang kerja-kerja organisasi. KAMUS PR sendiri mempunyai elemen-eleman yang menunjang satu sama lain bukan hanya sebagai perluasan sayap organisasi tetapi juga sebagai perluasan isu-isu perlawan terhadap rezim yang menindas. Adapun struktur organisasi dalam KAMUS PR adalah:

Ketua Umum : Sebagi pucuk pimpinan tertinggi dalam organisasi yang memimpin organiasi dan sebagai penanggung jawab terhadap biro organiasi. Sekretaris Jendral: Berfungsi sebagai pengontrol segala aktivitas organisasi yang ada di dalam kampus yang juga mempunyai tanggung jawab langsung kepada Ketua Umum. Biro Aksi: Biro ini khusus mengurusi segala mobilisasi massa/mahasiswa dalam rangka penyelanggaraan aksi-aksi mahasiswa sebagai bentuk perlawanan. Biro Pendidikan: Biro pendidikan menjadi tempat kaderisasi dimana sebagai wadah penempaan secara intelektual bagi para anggota maupun kader sehingga kader mempunyai bekal ilmu, pengetahuan ilmiah dan wawasan yang luas yang nantinya ilmu, pengetahuan ilmiah dan wawasan itu menjadi alat perjuangan. Biro Agitasi/Propaganda: Sesuai namanya, biro ini berfungsi sebagai media atau corong propaganda dan informasi terhadap isu-isu yang berkembang di rakyat dan agitasi sebagai bentuk perlawanan non-aksi.

Makna dan Arti Lambang Bendera KAMUS PR

Secara filosofis gambar semut merupakan sebuah komunitas yang komunal di mana satu sama lain saling bekerja sama, gotong royong untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama-sama. Kerja yang komunal mencerminkan arti progresif seorang kader yang konsisten untuk giat melakukan kerja-kerja pengorganisiran rakyat dan mahasiswa.

Warna hitam; melambangkan keabadian. Di dalamnya terkandung makna bahwa perjuangan tidak akan berhenti sampai orientasi dan cita-cita sosial yang terpatri dalam dada termanifestasi.

Warna merah; melambangkan semangat perlawanan. Di dalamnya terkandung makna bahwa harus ada keberanian untuk melawan dalam kerja-kerja mewujudkan tatanan sosial yang adil.

Demikianlah sekelumit latar belakang sejarah terbentuknya KAMUS PR yang terus berembrio sejak tahun 1990an sampai sekarang, beserta makna dan lambang dan benderanya. Untuk itu bergabunglah bersama kami dalam politik pembebasan yang revolusioner. Mari muliakan hidup kita dengan ilmu dan perjuangan.

Tunduk Tertindas Atau Bangkit Melawan, Sebab Mundur Adalah Penghianatan. Berjuang Bersama Rakyat Merebut Demokrasi Sejati. Hidup rakyat, hidup mahasiswa !

* Diterbitkan oleh: BiroAgitasi dan Propaganda

1 komentar:

  1. nice job,.
    klo tidak salah dengar cerita yang beredar dikalangan pergerakan sebelum KAMUS-PR ada keterkaitan dengan APR (arek-arek pro reformasi)tahun 1998an.

    Sayang khan kalo informasi tersebut tidak di cross chek kebenarannya. biar lebih afdol & tidak ada yang terlewatkan dari sejarahnya grettooooong...

    "G B U'"

    BalasHapus